FloresUpdate.com, Kalabahi – Kasus dugaan pemerasan yang dilaporkan oleh Anggota DPRD Alor dari Partai Gerindra, Dedi Mario Mailehi, A.M.K, terhadap seorang oknum wartawan media online, kini semakin memanas.
Wartawan yang dilaporkan, berinisial JK, akhirnya angkat bicara dan membantah keras tuduhan pemerasan tersebut. Ia bahkan membeberkan kronologi lengkap interaksinya dengan Dedi Mario dan Yohanis Atamai, yang juga anggota DPRD Kabupaten Alor.
Dalam keterangannya kepada media, Selasa, 6 Juni 2026, JK mengungkap bahwa pertemuan pertama yang melibatkan dirinya dan Dedi direncanakan pada 14 Desember 2024 malam, setelah ia dikontak langsung oleh Yohanis Atamai.
“Pertama kali tanggal 14 Desember 2024 malam, anggota DPRD Alor Yohanis Atamai menghubungi saya untuk mempertemukan saya dengan Dedi di Taman Mini Kalabahi tetapi saya menolak dengan alasan karena saya sudah konfirmasi Dedi via WhatsApp sehubungan dengan viral di media sosial dugaan kasih hamil seorang perempuan, jadi besok baru kami konfirmasi ke Polres Alor terkait adanya laporan Dedi terhadap akun Facebook yang memviralkan,” ungkap JK.
Namun, lanjut JK, Yohanis Atamai yang juga merupakan rekan Dedi terus membujuk JK dengan mengirim pesan agar bisa bertemu Dedi Mario Mailehi malam itu juga.
“Kk posisi….kita minum kopi di lapangan ko dengan pak dedi,” ujar JK mengutip pesan WhatsApp yang dikirim Atamai kepada dirinya.
Karena terus dibujuk, JK akhirnya menyetujui ajak pertemuan tersebut di Taman Mini Kalabahi. Mereka, kata JK, bahkan mengirim gambar suasana Taman Mini Kalabahi serta lapak jualan gorengan untuk meyakinkan JK bahwa keduanya memang benar sedang berada di taman itu dan menunggu dirinya.
Setibanya di Taman Mini Kalabahi, Yohanis Atamai dan Dedi Mario mengajak JK berpindah tempat ke Deswita dengan alasan lokasi itu terlalu ramai. Di Deswita, lanjut JK, Dedi meminta Yohanis Atamai memesan makanan berupa ayam geprek dan sambil makan mereka memulai percakapan yang pada intinya mencari solusi dan tidak ada saling memaksa.
“Ada dua solusi, yang pertama Dedi dan Maria (wanita yang diduga mengaku dihamili Dedi) ketemu dan bicara baik-baik. Yang kedua Dedi siap mentransfer biaya sekitar Rp 20 atau Rp 25 juta untuk membantu keperluan kehamilan hingga melahirkan ibu Maria. Tujuannya agar supaya Maria tidak lagi memviralkan, namun pada saat itu pembicaraan belum final sehingga kami masih bertemu kembali beberapa kali,” ungkap JK.
Pertemuan kembali berlanjut dengan solusi Dedi dan Maria akan bertemu antara di Atambua atau di Kupang guna membicarakan masalah diantara keduanya secara baik-baik.
Solusi ini awalnya sudah disepakati ini, lanjut JK, dibatalkan karena Dedi mengaku istrinya menolak jika Dedi bertemu Maria.
“Jadi minta nomor rekening saja supaya transfer uang saja untuk keperluan kehamilan sampai melahirkan dan lainnya, saya pun minta nomor rekening Maria dan teruskan ke Dedi. Saya di ajak untuk mencari solusi bukan atas permintaan saya, karena waktu itu Dedi blokir Maria sehingga semua komunikasi lewat saya. Maria tidak punya akses komunikasi dengan Dedi,” beber JK.
JK juga mengungkapkan, saat di Deswita, Ia sempat memberikan saran kepada Dedi agar uang yang sudah dijanjikan ditransfer secara bertahap.
“Artinya kalau uang Rp 20 juta maka transfer pertama Rp 10 juta berikut lagi Rp 10 juta. Dedi balas bilang terima kasih bu atas bantuan solusinya, nanti saya (red: Dedi) punya uang pokir cair baru saya bantu bu karena bu sudah membantu saya, saya tidak terlalu menggubris omongan Dedi terkait dana pokir. Saya sama sekali tidak minta uang lewat dana pokir, itu hanya tawaran Dedi dan buktinya sampai saat ini saya tidak terima uang tersebut dari Dedi,” tegas JK lagi.
JK juga mengaku, setelah memberikan nomor Maria kepada Dedi, ia tidak mengetahui perkembangan selanjutnya apakah yang dijanjikan Dedi kepada Maria sudah ditransfer ataupun belum karena JK merasa tugasnya sudah selesai yakni hanya sebatas memberi saran.
Pada tanggal 23 Desember 2024 pagi, saat JK melakukan tugas peliputan di Kantor DPRD Alor, Dedi tiba-tiba marah saat melihat kehadiran JK.
“Saya pun bingung entah dia marah apa tapi saya diam-diam. Setelah pulang dari DPRD saya hubungi WhatsApp ingin mempertanyakan tadi marah-marah itu kenapa tetapi ternyata Dedi sudah blokir saya. Saya hubungi Yohanis Atamai dan bertanya kenapa Dedi marah-marah di kantor DPRD, namun Yohanis bilang sudah kaka dong tenang-tenang ko nanti kita baku omong baik-baik,” terang JK.
Merasa tidak puas, JK kemudian menelopon Dedi hingga keduanya terlibat adu mulut.
“Karena tidak puas saya telepon biasa sama Dedi, kami dua pun adu mulut di balik telepon karena Dedi mengatakan bahwa lu jangan ikut campur urusan saya, saya juga bantah dia he…kamu yang minta bantuan saya ko sekarang bilang saya ikut campur, dari situ komunikasi saya dengan Dedi putus hingga adanya laporan polisi,” tutup JK. (Ryan Martin)