6 Uskup di Flores Menolak Proyek Geothermal di Flores dan Lembata 

Floresupdate.com,  – Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10)

Pengantar

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Selamat menjalani Masa Pra-Paskah 2025. Masa ini penuh rahmat.

Kita diajak merenungkan hidup dalam terang kasih Kristus. Inilah waktu bertobat, memperbarui iman, dan menghidupi nilai Injili. Sebagai gembala, kami mengajak umat menyikapi tantangan sosial yang mengancam martabat kehidupan.

Kristus datang membawa hidup berkelimpahan (bdk. Yoh. 10:10).

Namun, realitas menunjukkan banyak saudara kita menghadapi ancaman. Dalam semangat persaudaraan, kami menyampaikan keprihatinan mendalam atas beberapa persoalan mendesak.

Pertama, Eksploitasi Energi: Memilih Masa Depan Secara Bijaksana

“Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31).

Pembangunan harus berkelanjutan. Namun, eksploitasi sumber daya alam, termasuk energi geothermal di Flores dan Lembata, menimbulkan pertanyaan. Apakah kita membangun masa depan yang lebih baik atau justru merusaknya? Pulau-pulau kecil dengan ekosistem rapuh ini berisiko besar.

Eksploitasi yang tidak bijaksana berdampak pada lingkungan, ketahanan pangan, keseimbangan sosial dan keberlanjutan kebudayaan.

Kita telah menyaksikan sejumlah persoalan yang muncul dari (rencana) eksplorasi dan eksploitasi energi geothermal.

Kami menilai energi geothermal bukanlah pilihan yang tepat untuk konteks Flores dan Lembata, dengan topografinya yang dipenuhi gunung dan bukit dan sumber mata air permukaan yang amat terbatas.

Pilihan eksploitatif ini juga bertabrakan dengan arah utama pembangunan yang menjadikan wilayah ini sebagai daerah pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan unggulan serta pertanian dan kelautan.

Gereja dipanggil menjaga ciptaan. Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ menekankan bahwa krisis sosial dan lingkungan saling terkait.

Kami mendorong penggunaan energi ramah lingkungan, seperti energi surya, dengan tanggung jawab dan visi keberlanjutan. Gagasan ini juga searah dengan Surat Pastoral Konferensi Federasi Para Uskup Se-Asia

Kepada Gereja-Gereja Lokal di Asia tentang “Pemeliharaan Ciptaan: Panggilan untuk Pertobatan Ekologis (15 Maret 2025)..”

Kedua, Perdagangan Orang: Luka Kemanusiaan Mendesak

“Tuhan mendengar seruan orang tertindas” (Mzm 10:17).

Perdagangan manusia memilukan.

Banyak saudara kita, terutama perempuan dan anak-anak, terjebak dalam eksploitasi. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang membutuhkan tanggapan konkret dan segera.

Gereja tidak boleh diam. Kita harus menjadi suara bagi yang tak bersuara. Kami mengajak semua pihak—pemerintah, organisasi sosial, komunitas keagamaan, pemuka adat, dan umat—untuk ikut serta dalam pencegahan, perlindungan, dan pemberantasan perdagangan manusia.

Kesadaran dan edukasi di tingkat keluarga dan komunitas harus diperkuat.

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan, Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!